Jumat, 15 Juni 2012




Puisi & Da'wah

KESELAMATAN BANI ADAMTERGANTUNG PADA LISANNYA

* * L I S A N * *

Oleh : Daud Yusnandi

Seringkali.....Menjulur jauh lisan ini

Menukik tajam hilang kendali

Menyayat luka teramat pedih


Seribu kali berkaca diri

Tiada hilang kekurangan yang dimiliki

Berat.....mengatup bibir berdiam diri

Samar saksi mengucap kata berduri


Sunyi malam........

Sebatang pena bergerak di kanvas alam

Detail mengurai tiap episode perjalanan

Sesal......mencegah mata terpejam

Meratap gontai langkah sarat simpangan


Lisan.......

Masa balita tertatih bicara

Cedal mengurai untaian kata

Dewasa kini.....sulit memilah

Kalimat bermakna atau bebisa


Lisan.......

Orang bilang setajam pedang

Dinding tebal ringan penghalang

Terlena.....arogan nafsu berperan

Melumat diri .....hancurkan badan


Pada-Mu ya... 

Ilahi RobbiHamba berserah diri

Kapan lagi lisan ini sinergi hati...?

Senantiasa menyuarakan lembut nurani

* * * * *



MENJAGA LISAN


      Menjaga dan memperhatikan lisannya dengan menjauhi segala perkataan yang batil, dusta, ghibah, namimah, perkataan kotor dan dari segala sesuatu yang di haramkan oleh Allah Azza wa Jalla. Sunguh, ada di antara manusia yang di rendahkan oleh Allah Ta'ala di dunia dan akhirat, hanya karena satu kalimat yang di ucapkannya, demikian sebaliknya ada yang di angkat setinggi-tingginya karena juga satu kalimat yang di ucapkannya, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam bersabda:


إن العبد ليتكلم بالكلمة ما يتبين فها يزل بها فى النار أبعد مما بين المشرق و المغرب
'

'Sesungguhnya ada seorang hamba yang berkata dengan satu kata yang dia tidak bertabayyun denganya, maka dengannya dia tergelincir ke dalam api neraka yang lebih jauh daripada jarak antara timur dan barat.''

(Shahih, Bukhari : 6477. Muslim : 2988. Ahmad: 8703)

إن الرجل ليتكلم بالكلمة يضحك بها جلساءه يهوى بها أبعد من الثريا

'' Sesungguhnya ada sesorang yang benar-benar dia berkata dengan satu kata untuk membuat tertawa teman-teman duduknya, maka dengannya dia terjun (kedalam neraka) yang lebih jauh dari jarak bintang kejora.''

(Hasan lighairihi (al-Arnauth) HR. Ahmad: 8967)


إن العبد ليتكلم بالكلمة من رضوان الله لا يلقى لها بالا ، يرفع الله بها درجات ، و إن العبد ليتكلم بالكلمة من سخط الله لا يلقى لها بالا يهوى بها فى جهنم

' Sesungguhnya ada seorang hamba, benar-benar dia berbicara dengan satu kata, pembicaraan yang mengandung keridhaana Allah, yang tidak menaruh perhatian pada perkataan itu, Allah Subhanahu wa Ta'alla mengangkat dia dengan perkataan itu beberapa derajat. Dan sesungguhnya adalah seorang hamba yang benar-benar dia berbicara dengan satu kata, pembicaraan yang mengandung kemurkaan Allah, yang dia tidak menaruh perhatian padanya, dengan dia terjerumus ke dalam Jahanam.''

(Shahih HR. Bukhari: 6478. Ahmad: 8206. Malik: 1849. Dengan lafazh yg berbeda)


Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:


وأسبغ عليكم نعمه ظاهرة وباطنة

“Allah telah melimpahkan nikmat-Nya atas kalian yang lahir maupun yang batin..” [Luqman: 20]


Di antara nikmat Allah yang dianugerahkan kepada kita ialah nikmat lisan, dimana Allah ta’ala memuliakan hamba-Nya dengan sebab lisan. Demikian pula lisan digunakan sebagai alat untuk mengungkapkan apa yang ada di dalam hati kita.
Allah ta’ala berfirman:


الرحمن (1) علم القرآن (2) خلق الإنسان (3) علمه البيان (4
“Dia Allah yang Mahapengasih. Yang telah mengajarkan Al Qur’an. Dia menciptakan manusia. Mengajarkannya pandai berbicara.” [Ar-Rahman: 1-4]


Dan Allah ‘azza wa jalla mengingatkan nikmat-Nya terhadap hamba-Nya itu, ketika Ia menciptakan lisan bagi hamba-Nya sebagaimana yang ditegaskan dalam firman-Nya:


“Bukankah kami telah menciptakan bagi manusia itu dua mata. Dan kami menciptakan pula satu lisan dan dua bibir.”


Lisan terkadang dapat mengangkat derajat si pemilik lisan tersebut kepada derajat yang tertinggi. Dan akan terealisir yang demikian ini, ketika lisannya digunakan dalam perkara-perkara yang baik seperti berdoa kepada Allah, membaca al-qur’an, atau untuk kepentingan dakwah dijalan Allah, mengajarkan ilmu dan semisalnya. Dengan kata lain digunakan dalam segala perkara yang diridhai oleh Allah ta’ala.


Namun lisan juga terkadang dapat menjerumuskan si pemilik lisan tersebut kepada tingkatan yang paling rendah. Yakni ketika lisan tersebut dilepaskan dalam perkara yang tidak diridhai oleh Allah ‘azza wa jalla.


Allah ta’ala menceritakan tentang penduduk surga ketika mereka bertanya kepada penduduk neraka, dalam firman-Nya:


ما سلككم في سقر (42) قالوا لم نك من المصلين (43) ولم نك نطعم المسكين (44) وكنا نخوض مع الخائضين (45) وكنا نكذب بيوم الدين (46) حتى أتانا اليقين (47

“Apa yang menyebabkan kamu masuk kedalam neraka Saqar? Mereka menjawab: ‘Dahulu kami bukan termasuk orang-orang yang mendirikan shalat. Dan kami juga tidak memberikan makan orang miskin. Bahkan kami suka berbincang-bincang (perkara yang tidak dimengerti), bersama orang-orang yang membicarakannya”. Dan kami mendustakan tentang adanya hari kiamat hingga datang kepada kami kematian’.” [Al-Muddatstsir: 42-47]


Sisi pendalilan dari ayat tersebut ialah bahwa duduk berbincang-bincang dalam perkara yang tidak dimengerti (asbun) menjadi salah satu sebab yang menghantarkan seseorang masuk neraka.
Al-Hafidzh Ibnu Katsir rahimahullah menerangkan ketika menafsirkan firman Allah ta’ala di atas: “Bahkan kami suka berbincang-bincang bersama orang-orang yang membicarakannya.” Yakni kami suka berbincang-bincang dalam perkara yang kami tidak mengetahuinya.


Berkata Qatadah bin Di’aamah As-Saduusi (Imam dari kalangan Tabi’in, -pent) dalam menafsirkan ayat 45 dari surat Al-Muddatstsir tersebut: “Bahwasanya menjadi sesat orang yang sesat, kamipun sesat bersamanya.”
Dalam shahih Al-Bukhari termaktub riwayat dari Abu Hurairah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam bersabda:


“Sesungguhnya seorang hamba ketika berkata dengan suatu perkataan yang mendatangkan ridha Allah, dan ia tidak menyadari bahwa perkataannya tersebut dapat mendatangkan ridha Allah, maka Allah akan mengangkat derajatnya dengan beberapa derajat. Dan adapula seorang hamba ketika berkata dengan suatu perkataan yang dibenci oleh Allah, namun ia tidak memikirkan bahwa perkataannya tersebut dapat mengundang kemurkaan Allah, maka Allah akan mencampakkan dirinya ke neraka jahannam.” [Juga diriwayatkan oleh Imam Mslim 4/2290 secara makna]


Menjaga Lisan Termasuk Kesempurnaan Islam


Imam Al-Bukhari 1/53 dan Imam Muslim 1/65 meriwayatkan (dan ini lafadzh Al-Bukhari) hadits dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam bersabda:


“Seorang muslim itu ialah yang berhasil menyelamatkan saudaranya sesama muslim (‘al-muslimuun’ dalam teks arabnya) dari kejahatan lisannya dan tangannya”.


Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-‘Asqalani rahimahullah dalam Fathul Bari menerangkan penggunaan kata ‘al-muslimuun’ dalam riwayat tersebut di atas:


“Disebutkannya kata ‘al-muslimuun’ dalam hadits tersebut karena keluar dari keumuman keadaan manusia. Dan memelihara kehormatan seorang muslim dengan cara menahan gangguan terhadapnya merupakan kewajiban yang disebutkan dengan penegasan kalimat yang lebih keras. Walaupun dalam hal ini orang-orang kafir diperangi, namun ada dari golongan mereka yang diwajibkan bagi kita untuk menahan diri daripadanya (yakni kafir dzimmi). Kemudian dibawakan dalam hadits tersebut dengan menyebutkan ‘jama’ mudzakkar saalim’ (kata yang menunjukkan bilangan banyak/plural untuk laki-laki yakni pria-pria muslim) karena menunjukkan bahwa keumumannya demikian. Dan sesungguhnya wanita-wanita muslimah pun masuk dalam kategori ‘al-muslimuun’ yang disebutkan dalam hadits tersebut.


Nasihatii lin Nisaa’Ummu Abdillah Al-Wadi’iyah hafidzhahallah[Puteri Syaikh Muqbil Bin Hadi Al-Wadi’i rahimahullah]Alih Bahasa : Fikri Abul Hasan